Sahabat…., tanpa terasa  kita sudah hidup lagi di akhir tahun, apakah tahun depan kita masih  diberi kesempatan untuk bernafas kembali menikmati indahnya segala  ciptaan dan nikmatNYA ? ataukah tahun ini adalah akhir dari kehidupan  kita ? detik demi detik terus berlalu meninggalkan kita tanpa kita dapat  kembali lagi ke detik-detik waktu tersebut, apa yang telah dan akan  kita persiapkan untuk menghadapai suatu hari yang tak ada lagi  sandiwara?, adakah karya nyata yang akan menolong dan mengekalkan  amal-amal kebaikan kita ? Inilah kisah untuk bahan renungan kita di  penghujung tahun ini
Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.
Baju  merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya  memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk  dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana  ayahnya.
Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum  Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok  nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915:20- 01-1965"
"Nak,  ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah  ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut  memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk  Neneknya...
"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya  Yah." Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara  Ibu-nya. "Hmm, berarti nenek sudah meninggal 45 tahun ya Yah..." Kata  Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya,  nenekmu
sudah di dalam kubur 45 tahun ... "
Yani  memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di  samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini:  19-02-1882 : 30-01-1910"
"Hmm.. Kalau yang itu sudah  meninggal 100 tahun yang lalu ya Yah", jarinya menunjuk nisan disamping  kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat  mengelus kepala anak satu-satunya. "Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang  ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmmm, ayah khan semalam bilang,  bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan  disiksa dineraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan  yah?"
Ayahnya tersenyum, "Lalu?" "Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42
tahun  dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun  nenek senang dikubur .... Ya nggak yah?" mata Yani berbinar karena bisa  menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas . "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.
Pulang  dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan  apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang... kalau kiamat  datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur ....  Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata...
Kalau aku  meninggal .. Lalu aku belum sempat bertaubat atas dosa-dosaku ...lalu  kiamat masih 1000 tahun lagi berarti aku akan disiksa 1000 tahun?  Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un .... Air matanya semakin banyak  menetes, sanggupkah aku selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun
ke  depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu aku  akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah  lagi? Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi  kemarin aku sudah tak tahan?
Ya Allah.....betapa aku belum  sanggup untuk Kau panggil karena beban dosa yang semakin hari semakin  menggunung ( Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya  naik turun tak teratur....dadanya gemuruh, air matanya semakin  membanjiri jenggotnya)
Allahumma as aluka husnul  khootimah…. (ya Allah aku mohon kebaikan di akhir hayatku) berulang Kali  di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak  ketika terdengar batuk Yani.
Dihampirinya Yani yang  tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus  tertidur.... tanpa tahu, betapa sang Ayah sangat berterima kasih padanya  karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan... Dan apa yang akan  datang di depannya...
"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..."
Habis  Sholat Isya , Gadis kecil itu mendatangi kepada ayahnya yang belum  selesai sholat sunnah.Setelah mengucapkan salam, Sang ayah menatap  anaknya. " ada Apa Nak ? " “Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama  hidup kita?”.
Ayahnya memandang kepada yani kecil itu dan  berkata, “Tidak, nak. Manusia sering melakukan kekhilafan secara sadar  maupun tidak. Itulah kenapa kita diperintahkan memohon ampun kepada  Alloh setiap hari”.
Putri kecil ini kemudian memandang  ayahnya dan berkata lagi, “Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam  setahun?” Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum  kepada putrinya. “Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa  hidup tanpa melakukan kesalahan?”
Ayahnya tertawa, “Itu  sangat sulit, nak”. “OK ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa  hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja?”. Ayahnya berfikir  sebentar.kemudian Ia mengangguk, "Jika dia berusaha dan Alloh memberikan  Hidayah. kemungkinan besar bisa".
Anak ini tersenyum  lega. "Jika demikian, aku akan berusaha hidup benar dari jam ke jam,  ayah. Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam,  sehingga aku dapat hidup dengan benar.... "
Sang Ayah berkaca-kaca menatap Putrinya: " Apa yang kau katakan penuh dengan Hikmah, semoga Alloh selalu memberimu petunjuk.."
Suatu hari Rosulullah bertanya kepada seorang Sahabatnya : "Bagaimana kondisimu hari ini, wahai Hudzaifah?" tanya Rosulullah.
Dengan  percaya diri ia menjawab,"Alhamdulillah, ya Rosulullah, saat ini aku  menjadi seorang mukmin yang kuat iman." Rosulullah bertanya kembali,  "Hai Hudzaifah, sungguh segala sesuatu itu ada buktinya, maka apa bukti  dari pernyataanmu itu?"
Jawab hudzaifah r.a. "Ya  Rosulullah, tidak ada suatu pagi pun yang aku hidup padanya dan aku  berharap untuk sampai pada sore hari, dan tiada sore pun yang aku hidup  padanya dan aku berharap untuk sampai pagi hari, melainkan aku melihat  dengan jelas didepan mataku syurga yang penduduknya bercanda ria  menikmati keindahannya dan aku melihat neraka dengan penghuninya yang  berteriak menjerit histeris merasakan dahsyatnya sikasa."
Rosulullah Saw mengatakan, " Arofta falzam, kamu sudah tahu maka komitmenlah dengan apa yang kamu tahu."